Bentuk Dukungan Kepada Lentera Literasi Indonesia Euis Novana, S.H Donasikan Buku Bacaan.

Lampung Selatan, Tegaknya budaya literasi sangat membutuhkan buku bacaan, karena dengan membaca buku, ilmu dan wawasan kita akan bertambah luas.

Hal itu dikatakan Euis Novana, S.H., Warga Dusun Kemang yang merupakan sosok yang sangat peduli dengan dunia pendidikan.

Teh Euis begitu dia disapa, berpesan kepada masyarakat agar dapat turut serta mendonasikan buku bacaanya yang sudah tidak digunakan lagi.

Menulis, sama sekali tidak akan bisa berjalan hanya sebatas ” Gerakan Nasional“. Harus ada perilaku nyata dalam membantu dan mendonasikan buku-buku bacaan. Karena niat baik saja tidak akan berguna tanpa diikuti aksi nyata.

Donasi buku bacaan itulah, yang saat ini dilakukan oleh Euis Novana. Teh Euis yang juga merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Lampung (UNILA) itu, selalu mensupport penggiat literasi, bahkan dia mengajak rekan-rekannya untuk turut serta menyumbang buku bacaan untuk disalurkan ke taman bacaan seperti yang dilakukannya saat ini, Rabu (22/2).

” Memang saya baru pertama kali ini mendonasikan buku. Saya sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh Lentera Literasi Indonesia (LLI) untuk membangun kebiasaan membaca anak-anak. Yang mungkin di daerah yang selama ini anak-anaknya sulit mendapat akses bacaan apalagi diera tekhnologi seperti ini, anak – anak lebih cenderung menggunakan smartphone dari pada membaca buku,” Ujar Ibu dari Dua orang anak, dan sekaligus istri dari Jurnalis SudutJournal.com ini.

Dia menyadari, pentingnya membaca buku dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Termasuk dalam membangun budaya literasi, budaya yang dekat dengan buku bacaan di tengah era digital yang sulit dikontrol seperti sekarang.

” Buku itu selain penting buat pendidikan, juga bisa buat ajang rekreasi. Terkadang, anak-anak memang lebih senang main, tapi coba kali ini kita ajak anak – anak bermain dengan buku. Kadang mereka enggak tahu harus mainan apa. Jadi, kenapa mereka gak main di taman bacaan, Karena hanya melalui buku, kita bisa sejenak terdiam lalu berpikir dan mengembangkan kreativitas dari hasil membaca tadi,” Jelas Teh Euis.

Diketahui Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara yang berkaitan dengan tingkat literasi, itu berarti Indonesia menempati urutan terendah tidak dapat membaca, artinya tidak membaca buku berarti minim pengetahuan maupun daya kritis.

Teh Eius melanjutkan,” Buku bisa jadi jembatan awal meraih cita-cita, itu tanda, bahwa kita perlu ikut serta dan turun tangan dalam mendonasikan buku untuk anak-anak kita,” Lanjutnya.

“ Tradisi baca anak-anak dan gerakan literasi nasional harus menjadi sebuah kebiasaan dan tidak bisa lagi hanya diatas kertas. Kita harus mau dan ikhlas serta berani aktif mendonasikan buku. Karena gerakan menyumbang buku penting hari ini,” Kata dia.  

” Bagaimana mau minat baca anak-anak Indonesia tinggi, jika ternyata akses bacaan anak-anak masih rendah, ketersediaan buku sangat minim. Saatnya kita bersatu padu berdonasi buku daripada buku tersebut hanya menumpuk dirumah atau hanya pajangan dilemari saja, jika buku tersebut didonasikan kepada yang membutuhkan setidaknya buku tersebut akan lebih bermanfaat dan berfaedah,” Imbuhnya.

Sementara itu Sekretaris Lentera Literasi Indonesia (LLI), Agus Aliansyah mengatakan,” Membangun tradisi baca dan budaya literasi memang bukan semudah membalikkan telapak tangan. Membaca adalah kebiasaan yang harus dipupuk terus menerus,” Kata Agus.

Namun, Lanjutnya,” Kebiasaan membaca tersebut perlu ditunjang dengan adanya buku. Donasi buku dari para donator dan masyarakat sangat kami perlukan saat ini demi tegaknya budaya baca anak-anak di era digitalisasi, dan saya berharap untuk kedepannya banyak lagi para donatur yang peduli atas kegiatan kami saat ini seperti yang Teh Euis lakukan,” Lanjut Agus(ARF).