Yogyakarta – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tetap meluncur ke acara Government Gathering on Good and Green Government, Senin (18/2/2020) yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) meski sekitar 100 mahasiswa menggelar demo. Sementara narasumber lainnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memilih video conference.
Acara tersebut digelar untuk membuka ruang diskusi antara kepala daerah dengan mahasiswa terkait pemerintahan yang bersih dan peduli terhadap lingkungan. Berdasarkan jadwal dan poster yang terpasang, pemimpin daerah yang dipilih untuk sebagai pembicara adalah Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Mengetahui agenda tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa UMY menggelar aksi. Rayhan, dari Aliansi UMY Bergerak dalam keterangannya menyampaikan bakal mengerahkan sekitar 100 mahasiswa dari beberapa universitas dan mengancam memberikan raport merah pada dua gubernur itu.
“Pemafaatan daya dukung lingkungan tidak akan sempurna jika tidak adanya kerjasama
dari berbagai pihak dalam usaha menjaga dan melestarikan terkhusus masing-masing wilayah
kota, salah satunya ialah DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
DKI Jakarta merupakan daerah di Indonesia yang banyak memiliki permasalahan
terkait dengan lingkungan hidup dan hampir membelit semua aspek serta dimensi kehidupan
masyarakat,” kata Rayhan.
Mengetahui bakal digeruduk mahasiswa, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan justru mengurungkan niatnya untuk datang. Dia memilih hanya melakukan video conference dengan peserta seminar dari kantornya di Jakarta.
“Untuk membangun green government itu mengalirkan informasi. Karena saat ini telah mengalami transformasi. Selain itu mengelola lingkungan dengan cara mengecilkan residu-residu. Misalnya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi,” kata Anies lewat video conference.
Berbeda dengan Anies, Ganjar justru dengan santai mendatangi acara itu dan membuka dialog hangat dengan mahasiswa. Bahkan Ganjar mengajak mahasiswa mengisi kursi-kursi kosong di depan yang diperuntukkan bagi dosen dan tamu undangan.
Begitu mereka duduk santai, beberapa pertanyaan pun langsung diluncurkan kepada Ganjar tentang isu PT RUM dan pembangunan Bendungan Bener yang menjadi inti mereka menggelar aksi.
“Soal Bendungan Bener, di sana lahan pertaniannya kekurangan air. Lantas apa solusinya? Ya, buat bendungan. Persoalannya sekarang adalah harga tanah. Di sini Pemprov Jateng berperan agar harga tanah tetap stabil tidak naik terlalu tinggi,” kata Ganjar.
Terkait PT RUM yang menghasilkan limbah berbau tak sedap, Ganjar menjelaskan, saat ini pabrik tekstil itu telah mencari teknologi agar mesin pengolahannya tidak mengeluarkan aroma menyengat lagi. Mesin berteknologi demikian, kata Ganjar, hanya diproduksi di Eropa.
“Maksimal dua belas bulan mesin itu datang. Persoalannya, di tengah mimpi kita berdikari soal tekstil dan menghadapi kendala seperti ini, akan tetap kita lanjutkan usaha itu atau kita tutup? Sementara ada tiga puluh ribu pekerja di sana?” tanya Ganjar.
Diskusi dalam seminar itu pun berlangsung sangat Gayeng dengan banyaknya mahasiswa yang mengajukan pertanyaan. Bagi mahasiswa penanya, Ganjar pun memberikan hadiah berupa buku.
Di akhir acara, salah satu mahasiswa memberikan map merah berisi beberapa tuntutan mereka terkait isu lingkungan di Jawa Tengah
“Perbanyak literasi saja. Jangan sampai hanya berdasar kecerdasan satu alinea, yaitu pengetahuan hanya dari sosmed, kita bicaranya sampai mana-mana. Untuk map merah ini ya saya pelajari dulu. Tapi kan kanal aduan telah saya buka sangat lebar. Ya sampaikan saja, jangan menumpangi acara orang lain,” himbau Ganjar. (Red/Rifky/Humas-Kominfo)